25 Desember 2025

Catatan Jelang Akhir Tahun 2025, Berbagi Peran: Harmoni Kepemimpinan Herman-Yuliantini

0


Opini oleh: H Kartika Roni
RIAUPERS.CO.ID-Dalam dinamika pemerintahan daerah, relasi antara bupati dan wakil bupati sering kali menjadi barometer stabilitas, arah kebijakan, dan kecepatan pembangunan. Di Indragiri Hilir (Inhil), duet kepemimpinan Bupati H. Herman dan Wakil Bupati Yuliantini menghadirkan pola kerja yang menarik: berbagi peran secara strategis tanpa kehilangan kohesi dalam eksekusi program.

Salah satu kekuatan kepemimpinan Herman–Yuliantini adalah ritme kerja yang terbangun sejak awal masa jabatan.

Di banyak daerah, relasi kepala daerah kerap diuji oleh perbedaan kepentingan politik. Namun di Inhil, keduanya menunjukkan chemistry pemerintahan yang stabil. Herman bergerak sebagai figur pengarah kebijakan makro; Yuliantini berperan sebagai jembatan antara detail teknokratis dan kebutuhan masyarakat di lapangan.

Herman, dengan latar belakang birokrasi dan jejaring politik yang kuat, menguasai arena lobi-lobi strategis, hubungan antardaerah, dan komunikasi pembangunan dengan pemerintah pusat. Sementara Yuliantini tampil sebagai pemimpin yang dekat dengan kelompok perempuan, UMKM, pendidikan, dan komunitas akar rumput — ruang yang menuntut kepekaan sosial dan pendekatan partisipatif.

Kepemimpinan yang tegas, terutama mengenai isu fiskal, perencanaan, dan infrastruktur. Selalu menitikberatkan efektivitas anggaran dan memastikan setiap perangkat daerah memahami prioritas pembangunan. Di sisi lain, Yuliantini membawa kehangatan dan sentuhan humanis. Program sosial, pemberdayaan keluarga, hingga penanganan masalah kemiskinan ekstrem menjadi concern yang ia kawal secara intens.

Keduanya ibarat dua sisi mata uang: Herman menggerakkan mesin besar pemerintahan; Yuliantini memastikan mesin itu menyentuh kebutuhan masyarakat secara merata. Ketika APBD mengalami tekanan akibat pemotongan TKD dan menurunnya kapasitas belanja daerah, duet Herman–Yuliantini memainkan peran berbeda namun saling menguatkan.

Herman fokus pada strategi fiskal, hubungan eksternal, dan kebijakan makro: mencari solusi pendanaan alternatif, menguatkan komunikasi dengan DPRD, serta memastikan rencana pembangunan prioritas tetap berjalan. Sementara Yuliantini menyisir aspek sosial: memastikan program bantuan sosial tetap tepat sasaran, meredam keresahan publik, dan mengawal efektivitas pelayanan dasar seperti kesehatan dan pendidikan.

Pendekatan dua lapis ini membuat tekanan fiskal tidak serta-merta berubah menjadi tekanan sosial di masyarakat. Duet ini juga ditandai oleh minimnya friksi internal. Keduanya mempertontonkan model kepemimpinan yang jarang muncul di tingkat daerah: membagi spotlight sesuai kebutuhan, bukan menurut ego politik.

Misalnya, ketika Bupati Herman menghadiri rapat-rapat strategis dengan Banggar DPRD terkait KUA-PPAS, Yuliantini justru mengambil alih kegiatan pelayanan masyarakat, memastikan roda birokrasi tetap berputar. Pada kesempatan lain, Yuliantini yang tampil di berbagai agenda pemberdayaan, sementara Herman mengawal proyek-proyek infrastruktur.

Harmonisasi ini memperlihatkan bahwa pemerintahan tidak harus terjebak dikotomi siapa yang lebih dominan; sebaliknya, siapa memegang peran apa menjadi kunci. Di sejumlah kecamatan, masyarakat melihat perbedaan gaya yang justru saling melengkapi. Herman dianggap sebagai sosok yang visioner dan “berbicara data”, sementara Yuliantini menjadi figur yang mudah didekati, terutama oleh kelompok ibu-ibu dan pelaku UMKM.

Keduanya hadir dengan pendekatan berbeda, namun membawa pesan yang sama: pembangunan harus berjalan dan masyarakat harus merasakan manfaatnya.

Duet kepemimpinan Bupati H. Herman dan Wakil Bupati Yuliantini ironi dalam dunia politik lokal yang sering diselimuti rivalitas dan friksi. Memberikan contoh bahwa berbagi peran bukan hanya mungkin, tetapi juga menghasilkan stabilitas dan percepatan kerja yang nyata. Memimpin bukan soal siapa yang lebih menonjol di panggung politik, melainkan bagaimana harmoni dua gaya bisa menggerakkan Inhil menuju pembangunan yang lebih terarah, inklusif, dan berkelanjutan.

Diakhir tulisan ini, penulis mengajak kita semua berdoa kepada Allah, agar duet Herman-Yuliantini ini berjalan dengan harmoni hingga akhir periode pertama kepemimpinannya di Kabupaten Indragiri Hilir. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *